Rabu, 16 Oktober 2013

Refleksi 2 : " Pasrah tidak sama dengan menyerah "



Refleksi 2 Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Kamis, 10 Oktober  2013
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Nama : Milah Nurkamilah
NIM     : 13709251083
PPs UNY Pendidikan Matematika Kelas B 2013


“Pasrah tidak sama dengan menyerah “

Kondisi yang tidak sesuai dengan harapan, atau kondisi yang tidak menguntungkan pasti semua orang pernah mengalaminya. Namun apa yang dapat dilakukan ketika berhadapan dengan hal tersebut? Apakah hanya satu pilihan Mengatakan bahwa ini adalah nasib buruk saya... sungguh jelek sekali nasib saya.. saya pasrah dengan keadaan ini,  tentu itu bukan merupakan satu-satunya jalan. Misalnya seseorang yang sehat kemudian pada suatu saat dia sakit, kemudian setelah diperiksa ke dokter ternyata dia mengidap penyakit yang berbahaya, hingga ia lemas ketika mendengar tentang kondisinya. Mungkin untuk sesaat akan ada saat dia berproses menerima kenyataan yang dihadapinya, berhenti sejenak dari aktifitas untuk memikirkan langkah selanjutnya. Namun setelah itu, langkah mana yang akan diambil? Apakah sejak saat itu ia hanya diam dan tidak beraktifitas? Hidup tapi tidak memiliki semangat hidup, dan mengatakan bahwa ia pasrah dengan keadaan itu, tetapi di lain sisi dia mengutuki keadaannya yang bernasib buruk? Menyalahkan nasib dan takdir, yang akhirnya malah membuatnya semakin sakit. Atau kah ada pilihan yang lain ? menerima kenyataan yang ada, dengan tetap beraktifitas seperti biasa tetapi dibarengi dengan ikhtiar berobat dan melakukan hal-hal yang dapat menjaga kesehatannya, tidak hanya diam tetapi tetap bergerak dan beraktifitas, bersosialisasi, dan tetap bersyukur walaupun itu menjadi takdirnya dia menerima dengan lapang dada, setidaknya dia masih tetap hidup dan mampu melakukan banyak hal yang bermanfaat, tidak larut dalam kesedihan walalupun rasa sedih dan takut secara manusiawi pasti ada, tapi malah membuat kondisi kesehatannya semakin membaik.
Dua kondisi pilihan tersebut memberikan ilustrasi tentang apa itu pasrah, Apakah pilihan yang pertama itu pasrah atau malah pilihan kedua yang disebut pasrah ? pasrah bisa memiliki arti negatif dan arti postif. Pasrah yang diartikan hanya menggantungkan diri pada nasib, dan tidak berusaha memperbaiki keadaan itu merupakan pasrah yang memiliki arti negatif (fatalisme). Tapi itu bukanlah pasrah yang sebenarnya pasrah, pasrah merupakan suatu keadaan dimana seseorang telah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mendapatkan tujuannya, berjuang dengan apa yang terbaik yang dia bisa, setelah semua usaha atau ikhtiar tersebut ia serahkan hasilnya kepada Alloh, yang penting dia telah melakukan yang terbaik yang ia bisa. Dengan menetapkan hati sebagai komandannya, menempatkan spiritual sebagai basis, payung dan tujuan sehingga hasil apapun yang nampak dia terima dengan legowo.
            Pasrah terhadap nasib dan tidak melakukan apapun itu bukanlah pasrah, tapi menyerah. Pasrah tidak sama dengan menyerah, karena menyerah berarti berhenti melakukan ikhtiar, tetapi yang harus dilakukan adalah terus berikhtiar semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan memasrahkan hasilnya pada Alloh yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kunci utama agar seseorang tidak hanya sekedar menyalahkan nasib adalah memiliki kesadaran, tanpa kesadaran maka seseorang akan sulit menerima kenyataan yang dihadapi. Kesadaran bahwa manusia memang tidak sempurna, karena kesempurnaan hanya milik-Nya. Kesadaran akan ketidaksempurnaan akan memudahkan seseorang menerima kenyataan yang mungkin tidak sesuai dengan harapan. Kesadaran akan ketidaksempurnaa ini pula akan menjadikan kita lebih peka dan mengerti bahwa ada yang tidak sempurna lainnya yang dapat melengkapi kita dan kita lengkapi. Dengan memiliki kesadaran, maka kita akan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang diberikan oleh Alloh dengan semua tahapan proses yang harus dilewati baik itu lurus, berbelok, mudah ataupun susah sekalipun. Pada saat kita bersyukur disanalah kita menampatkan pasrah sesuai pada porsinya, porsi dimana kita menyadari bahwa kita tidak memiliki kekuatan apapun selain karena Alloh swt, manusia hanya mampu berkehendak tapi Alloh yang menetapkan, sehingga apapun hasilnya kita terima. Hanya perlu keyakinan, bahwa jika kita telah berusaha dengan baik insyaalloh hasilnya pun baik bagi kita.
            Jadi, dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan manusia akan dihadapkan pada beberapa kondisi yang dapat ia pilih, karena itu manusia tidak dapat lepas dari metode berpikir reduksi. Metode berpikir reduksi artinya ada yang terpilih dan ada yang tereliminasi. Metode berpikir reduksi dapat menjadi senjata yang ampuh sekaligus berbahaya, artinya manusia bisa survive karena kemampuannya dalam memilih jalan yang tepat, sebaliknya terkadang manusia mengalami masa yang sulit yang tidak dia sukai karena salah memilih langkah dalam hidupnya, misalnya saja memilih teman atau pasangan hidup, dan juga memilih sudut pandang mana yang akan diambil ketika mengahdapi suatu permasalahan yang tengah dihadapi. Berfikir merupakan alat yang penting dalam memilih, tetapi jangan dilupakan peran hati sebagai komandan juga penting dalam menentukan tindakan akan sesuatu. Karena seperti kita tahu di atas langit filsafat masih ada langit spiritual. Terkadang kondisi yang tidak sesuai harapan menyebabkan orang menyalahkan takdir, hal itu karena ia tidak mampu menerima apa yang telah Alloh takdirkan untuknya, sehingga sisi baiknya tidak terlihat namun yang dirasakan dan ia dapatkan hanyalah kegagalannya, hal itu karena manusia terkadang lupa bahwa ia adalah makhluk yang tidak sempurna. Untuk itu mari senantiasa kita bersyukur dengan segala ketidaksempurnaan yang kita miliki, dan senantiasa berdoa kepadanya, mengingatnya dalam keadaan apapun.
            Dengan demikian, ketika kita dihadapkan akan satu kondisi yang sulit ketika kita sedang berusaha menggapai tujuan, mana yang akan kita pilih? Pasrah kemudian menyerah ? atau tetap berikhtiar dengan semaksimal mungkin tetapi dalam keadaan pasrah (karena pasrah tidak sama dengan menyerah) ?



Sumber bacaan :
http://powermathematics.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar