Refleksi
2 Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Kamis,
10 Oktober 2013
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Nama : Milah Nurkamilah
NIM : 13709251083
PPs UNY
Pendidikan Matematika Kelas B 2013
“Pasrah
tidak sama dengan menyerah “
Kondisi yang tidak
sesuai dengan harapan, atau kondisi yang tidak menguntungkan pasti semua orang
pernah mengalaminya. Namun apa yang dapat dilakukan ketika berhadapan dengan
hal tersebut? Apakah hanya satu pilihan Mengatakan
bahwa ini adalah nasib buruk saya... sungguh jelek sekali nasib saya.. saya
pasrah dengan keadaan ini, tentu itu
bukan merupakan satu-satunya jalan. Misalnya seseorang yang sehat kemudian pada
suatu saat dia sakit, kemudian setelah diperiksa ke dokter ternyata dia
mengidap penyakit yang berbahaya, hingga ia lemas ketika mendengar tentang
kondisinya. Mungkin untuk sesaat akan ada saat dia berproses menerima kenyataan
yang dihadapinya, berhenti sejenak dari aktifitas untuk memikirkan langkah
selanjutnya. Namun setelah itu, langkah mana yang akan diambil? Apakah sejak
saat itu ia hanya diam dan tidak beraktifitas? Hidup tapi tidak memiliki
semangat hidup, dan mengatakan bahwa ia pasrah
dengan keadaan itu, tetapi di lain sisi dia mengutuki keadaannya yang bernasib
buruk? Menyalahkan nasib dan takdir, yang akhirnya malah membuatnya semakin
sakit. Atau kah ada pilihan yang lain ? menerima kenyataan yang ada, dengan
tetap beraktifitas seperti biasa tetapi dibarengi dengan ikhtiar berobat dan
melakukan hal-hal yang dapat menjaga kesehatannya, tidak hanya diam tetapi
tetap bergerak dan beraktifitas, bersosialisasi, dan tetap bersyukur walaupun
itu menjadi takdirnya dia menerima dengan lapang dada, setidaknya dia masih
tetap hidup dan mampu melakukan banyak hal yang bermanfaat, tidak larut dalam kesedihan
walalupun rasa sedih dan takut secara manusiawi pasti ada, tapi malah membuat
kondisi kesehatannya semakin membaik.
Dua kondisi pilihan
tersebut memberikan ilustrasi tentang apa itu pasrah, Apakah pilihan yang
pertama itu pasrah atau malah pilihan kedua yang disebut pasrah ? pasrah bisa
memiliki arti negatif dan arti postif. Pasrah yang diartikan hanya
menggantungkan diri pada nasib, dan tidak berusaha memperbaiki keadaan itu
merupakan pasrah yang memiliki arti negatif (fatalisme). Tapi itu bukanlah
pasrah yang sebenarnya pasrah, pasrah merupakan suatu keadaan dimana seseorang
telah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mendapatkan tujuannya, berjuang
dengan apa yang terbaik yang dia bisa, setelah semua usaha atau ikhtiar
tersebut ia serahkan hasilnya kepada Alloh, yang penting dia telah melakukan
yang terbaik yang ia bisa. Dengan menetapkan hati sebagai komandannya,
menempatkan spiritual sebagai basis, payung dan tujuan sehingga hasil apapun
yang nampak dia terima dengan legowo.
Pasrah
terhadap nasib dan tidak melakukan apapun itu bukanlah pasrah, tapi menyerah.
Pasrah tidak sama dengan menyerah, karena menyerah berarti berhenti melakukan
ikhtiar, tetapi yang harus dilakukan adalah terus berikhtiar semaksimal mungkin
untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan memasrahkan hasilnya pada Alloh yang
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kunci utama agar seseorang tidak hanya sekedar
menyalahkan nasib adalah memiliki kesadaran, tanpa kesadaran maka seseorang
akan sulit menerima kenyataan yang dihadapi. Kesadaran bahwa manusia memang
tidak sempurna, karena kesempurnaan hanya milik-Nya. Kesadaran akan
ketidaksempurnaan akan memudahkan seseorang menerima kenyataan yang mungkin
tidak sesuai dengan harapan. Kesadaran akan ketidaksempurnaa ini pula akan
menjadikan kita lebih peka dan mengerti bahwa ada yang tidak sempurna lainnya
yang dapat melengkapi kita dan kita lengkapi. Dengan memiliki kesadaran, maka
kita akan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang diberikan oleh Alloh
dengan semua tahapan proses yang harus dilewati baik itu lurus, berbelok, mudah
ataupun susah sekalipun. Pada saat kita bersyukur disanalah kita menampatkan pasrah
sesuai pada porsinya, porsi dimana kita menyadari bahwa kita tidak memiliki
kekuatan apapun selain karena Alloh swt, manusia hanya mampu berkehendak tapi
Alloh yang menetapkan, sehingga apapun hasilnya kita terima. Hanya perlu
keyakinan, bahwa jika kita telah berusaha dengan baik insyaalloh hasilnya pun
baik bagi kita.
Jadi,
dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan manusia akan dihadapkan pada
beberapa kondisi yang dapat ia pilih, karena itu manusia tidak dapat lepas dari
metode berpikir reduksi. Metode berpikir reduksi artinya ada yang terpilih dan
ada yang tereliminasi. Metode berpikir reduksi dapat menjadi senjata yang ampuh
sekaligus berbahaya, artinya manusia bisa survive karena kemampuannya dalam
memilih jalan yang tepat, sebaliknya terkadang manusia mengalami masa yang
sulit yang tidak dia sukai karena salah memilih langkah dalam hidupnya,
misalnya saja memilih teman atau pasangan hidup, dan juga memilih sudut pandang
mana yang akan diambil ketika mengahdapi suatu permasalahan yang tengah dihadapi.
Berfikir merupakan alat yang penting dalam memilih, tetapi jangan dilupakan
peran hati sebagai komandan juga penting dalam menentukan tindakan akan
sesuatu. Karena seperti kita tahu di atas langit filsafat masih ada langit
spiritual. Terkadang kondisi yang tidak sesuai harapan menyebabkan orang
menyalahkan takdir, hal itu karena ia tidak mampu menerima apa yang telah Alloh
takdirkan untuknya, sehingga sisi baiknya tidak terlihat namun yang dirasakan
dan ia dapatkan hanyalah kegagalannya, hal itu karena manusia terkadang lupa
bahwa ia adalah makhluk yang tidak sempurna. Untuk itu mari senantiasa kita
bersyukur dengan segala ketidaksempurnaan yang kita miliki, dan senantiasa
berdoa kepadanya, mengingatnya dalam keadaan apapun.
Dengan
demikian, ketika kita dihadapkan akan satu kondisi yang sulit ketika kita
sedang berusaha menggapai tujuan, mana yang akan kita pilih? Pasrah kemudian menyerah ? atau tetap berikhtiar dengan semaksimal mungkin
tetapi dalam keadaan pasrah (karena pasrah tidak sama dengan menyerah) ?
Sumber bacaan :
http://powermathematics.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar